Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berada dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI) 711 bersama dengan beberapa Provinsi lainnya. Perairan WPP-NRI 711 bagian selatan yang mencakup perairan Selat Karimata dan Kepulauan Bangka-Belitung merupakan salah satu sentral produksi cumi-cumi. Perairan Bangka Belitung memegang peranan penting dalam keberlanjutan sumber daya cumi-cumi karena telah teridentifikasi sebagai habitat pemijahan, peneluran, dan asuhan.

Sumber daya “Cumi bangka” dengan nama ilmiah Uroteuthis L. chinensis merupakan salah satu komoditas perikanan yang dihasilkan di Perairan Bangka Belitung. “Cumi bangka” termasuk dalam kategori ekonomis penting namun kondisinya sudah mengalami penurunan produksi. Hal ini mendorong tim perikanan refugia menetapkan jenis “Cumi Bangka” menjadi salah satu target yang akan dikonservasi dengan konsep refugia perikanan (fisheries refugia).

Rabu, 12 Oktober 2022 telah diselenggarakan pertemuan teknis pembahasan draft naskah akademik refugia perikanan cumi-cumi (Uroteuthis L. chinensis) di perairan Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung, yang bertempat di aula Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kep. Bangka Belitung. Pertemuan tersebut bertujuan untuk menyampaikan hasil kajian dan naskah akademik yang telah disusun oleh tim refugia kepada para pemangku kepentingan, serta mengumpulkan masukan konstruktif dari peserta terkait rencana implementasi refugia perikanan cumi-cumi di Perairan Bangka. Pertemuan ini dihadiri oleh Sekretaris Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM-KP), Kepala Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan (BRPSDI), Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bangka Belitung, serta 34 perserta lainnya yang mewakili kepentingan terkait.

Acara dibuka oleh Sekretaris BRSDMKP, Dr. Koesdiantoro, S.Pi., M.Si. “Pertemuan teknis ini diharapkan dapat menjadi wadah lintas stakeholder untuk menyepakati naskah akademik yang kami sampaikan. Dalam naskah akademik ini, kami mengidentifikasi potensi kawasan refugia cumi-cumi di perairan Bangka seluas 1.529.097,93 Ha. Dari potensi tersebut kami mengklusterkan kembali dan merekomendasi calon kawasan refugia cumi di perairan Bangka secara spasial seluas 157.669,35 Ha, yang terdiri dari 9.581,27 ha kawasan pemijahan, dan 148.087,08 ha kawasan asuhan. Naskah akademik ini dapat diusulkan ke gubernur sebagai hadiah HUT Provinsi Bangka Belitung tahun ini dan untuk mempromosikan sumber daya perikanan, terutama cumi-cumi”, kata Bapak Koesdiantoro dalam sambutannya. Dalam kesempatan yang sama, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bangka Belitung, Drs. Wahyono, turut mengapresiasi upaya yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk ikut serta melestarikan komoditas “Cumi bangka”.

Dalam pertemuan teknis tersebut, Astri Suryandari, S.Si., M.Si. selaku National Scientific and Technical Focal Point memaparkan kegiatan proyek SEAFDEC “Establishment and Operation of a Regional System of Fisheries Refugia in The South China Sea and The Gulf of Thailand”. Penanggungjawab kegiatan refugia di Bangka Belitung, Dr. Amula Nurfiarini juga memaparkan draft naskah akademik fisheries refugia cumi-cumi di Perairan Bangka yang terdiri dari latar belakang, dasar hukum, identifikasi pemasalahan, ruang lingkup, model refugia perikanan cumi-cumi di Perairan Bangka, daerah penangkapan, deliniasi area prioritas pengembangan refugia cumi, kondisi lingkungan dan habitat, kondisi sosial ekonomi, aspek resiko, hingga rekomendasi pengelolaan. Diskusi dimoderatori oleh Dr. Ir. Toni Ruchimat, M.Sc yang merupakan inisiator proyek refugia perikanan di Indonesia. Sesi diskusi berjalan dengan baik, dengan harapan dapat mengembangkan pola pikir yang sama di antara para peserta untuk mempromosikan pengelolaan perikanan cumi-cumi dalam peraturan pemerintah daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Selanjutnya Ir. Iswari Ratna Astuti selaku Kepala Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan dan National Focal Poin berharap Naskah Akademik ini dapat diadopsi dan dapat menjadi model pengelolaan sumber daya perikanan cumi-cumi berkelanjutan berbasis refugia di perairan Bangka, dan tidak menutup kemungkinan di perairan lainnya dengan adaptasi lokasi.

KERJASAMA